Pages - Menu

Jumat, 15 Juli 2011

TAENIASIS / SISTISERKOSIS

Definisi
Taeniasis ialah penyakit zoonosis parasitik yang disebabkan cacing dewasa Taenia (Taenia saginata, Taenia solium dan Taenia asiatica). Infeksi larva T. solium disebut sistiserkosis dengan gejala benjolan (nodul) di bawah kulit (subcutaneous cysticercosis). Bila infeksi larva Taenia solium di susunan saraf pusat disebut neurosistiserkosis dengan gejala utama epilepsi.

Penyebab
Cacing dewasa Taenia (Taenia saginata, Taenia solium dan Taenia asiatica); larva T. Solium.


Tanea saginata sepanjang lebih dari 4 meter


Penularan
Sumber penularan taeniasis adalah hewan terutama babi, sapi yang mengandung larva cacing pita (cysticercus). Sumber penularan sistiserkosis adalah penderita taeniasis solium sendiri yang tinjanya mengandung telur atau proglotid cacing pita dan mencemari lingkungan. Seseorang dapat terinfeksi cacing pita (taeniasis) bila makan daging yang mengandung larva yang tidak dimasak dengan sempurna, baik larva T.saginata yang terdapat pada daging sapi (cysticercus bovis) maupun larva T.solium (cysticercus cellulose) yang terdapat pada daging babi atau larva T.asiatica yang terdapat pada hati babi. Sistiserkosis terjadi apabila telur T.solium tertelan oleh manusia. Telur T. saginata dan T.asiatica tidak menimbulkan sistiserkosis pada manusia.
Sistiserkosis merupakan penyakit yang berbahaya dan merupakan masalah kesehatan
masyarakat di daerah endemis. Hingga saat ini kasus taeniasis / sistiserkosis telah banyak dilaporkan dan tersebar di beberapa propinsi di Indonesia, terutama di propinsi Papua, Bali dan Sumatera Utara.

Gambaran Klinis
- Masa inkubasi berkisar antara 8 – 14 minggu.
- Sebagian kasus taeniasis tidak menunjukkan gejala (asimtomatik).
- Gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain rasa tidak nyaman di lambung, mual, badan lemah, berat badan menurun, napsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi, pusing, diare dan pruritus ani.
- Pada sistiserkosis, biasanya larva cacing pita bersarang di jaringan otak sehingga
dapat mengakibatkan serangan epilepsi. Larva juga dapat bersarang di subkutan, mata, otot, jantung dan lain-lain.

Diagnosis
Diagnosis taeniasis dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan tinja secara mikroskopis.
1. Adanya riwayat mengeluarkan proglotid (segmen) cacing pita baik pada waktu buang air besar maupun secara spontan.
2. Pada pemeriksaan tinja ditemukan telur cacing Taenia.

Penatalaksanaan
Pasien taeniasis diobati dengan prazikuantel dengan dosis 5 – 10 mg/kg BB dosis tunggal. Cara pemberian prazikuantel adalah sebagai berikut :
- Satu hari sebelum pemberian prazikuantel, penderita dianjurkan untuk makan makanan yang lunak tanpa minyak dan serat.
- Malam harinya setelah makan malam penderita menjalani puasa.
- Keesokan harinya dalam keadaan perut kosong penderita diberi prazikuantel.

- Dua sampai dua setengah jam kemudian diberikan garam Inggris (MgSO4), 30 gram untuk dewasa dan 15 gram atau 7,5 gram untuk anak anak, sesuai dengan umur yang dilarutkan dalam sirop (pemberian sekaligus).
- Penderita tidak boleh makan sampai buang air besar yang pertama. Setelah buang air besar penderita diberi makan bubur.
- Sebagian kecil tinja dari buang air besar pertama dikumpulkan dalam botol yang berisi formalin 5 – 10% untuk pemeriksaan telur Taenia sp. Tinja dari buang air besar pertama dan berikutnya selama 24 jam ditampung dalam baskom lalu disiram dengan air panas / mendidih, kemudian diayak dan disaring untuk mendapatkan proglotid dan skoleks Taenia sp. Jika terdapat cacing dewasa, cacing menjadi relaks dengan pemberian air panas.
- Proglotid dan skoleks dikumpulkan dan disimpan dalam botol yang berisi alkohol 70% untuk pemeriksaan morfologi yang sangat penting dalam identifikasi spesies cacing pita tersebut.
Pasien neurosistiserkosis sebaiknya dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

Pencegahan
- Menjaga kebersihan lingkungan dan pribadi.
- Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar
- Tidak makan daging mentah atau setengah matang
- Buang air besar di jamban
- Memelihara ternak di kandang

 

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007, Cetakan Tahun 2008, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar