Definisi
Hipertensi yang terjadi selama kehamilan
Penyebab
Belum diketahui secara pasti
Gambaran Klinis
· Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung pada keadaan emosional pasien ·
Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik > 90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih
· Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:
- Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum
- Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu
Diagnosis
HIPERTENSI | TEKANAN DARAH | TANDA LAIN |
- Hipertensi | Tekanan diastolik > 90 mmHg | Proteinuri (-) |
- Preeklampsia | Idem | Proteinuria 1+ |
- Preeklampsia | Tekanan diastolik > 110 | Proteinuria 2+Oliguria |
- Eklampsia | Hipertensi | Kejang |
HIPERTENSI | TEKANAN DARAH | TANDA LAIN |
- Hipertensi | Hipertensi | Kehamilan < 20 |
- Superimposed | Hipertensi kronik | Proteinuria dan tanda |
HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN
- Lebih sering terjadi pada primigravida. Keadaan patologis telah terjadi sejak implantasi, sehingga timbul iskemia plasenta yang kemudian diikuti dengan sindroma inflamasi.
- Risiko meningkat pada:
1. Masa plasenta besar (gemelli, penyakit trofoblast)
2.Hidramnion
3.Diabetes melitus
4.Isoimunisasi rhesus
5.Faktor herediter
6.Autoimun: SLE
- Hipertensi karena kehamilan:
1. Hipertensi tanpa proteinuria atau edema
2. Preeklampsia ringan
3. Preeklampsia berat
4. Eklampsia
- Hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsia ringan sering ditemukan tanpa gejala, kecuali peningkatan tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk dengan terdapatnya proteinuria. Edema tidak lagi menjadi suatu tanda yang sahih untuk preeklampsia.
- Preeklampsia Berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gejala berikut:
1. Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
2. Proteinuria • 2+
3. Oliguria < 400 ml per 24 jam
4. Edema paru: nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi
5. Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut
6. Gangguan penglihatan: skotoma atau penglihatan yang berkabut
7. Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian analgetika biasa
8. Hiperrefleksia
9. Mata: spasme arteriolar, edema, ablasio retina
10. Koagulasi: koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom HELLP
11. Pertumbuhan janin terhambat
12. Otak: edema serebri
13. Jantung: gagal jantung
- Eklampsia ditandai oleh gejala preeklampsia berat dan kejang
1. Kejang dapat terjadi dengan tidak tergantung pada beratnya hipertensi
2. Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang pada epilepsy grand mal
3. Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama (beberapa jam)
HIPERTENSI KRONIK
- Hipertensi kronik dideteksi sebelum usia kehamilan 20 minggu
- Superimposed preeclampsia adalah hipertensi kronik dan preeklampsia
Penatalaksanaan
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TANPA PROTEINURIA
Jika kehamilan < 35 minggu, lakukan pengelolaan rawat jalan:
- Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin setiap minggu.
- Jika tekanan darah meningkat, kelola sebagai preeklampsia.
- Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin yang terhambat, rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan.
PREEKLAMPSIA RINGAN
A. Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan selama ANC
A1. Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
- Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi janin
- Lebih banyak istirahat
- Diet biasa
- Tidak perlu pemberian obat
A2. Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat di rumah sakit:
- Diet biasa
- Lakukan pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 kali sehari
- Tidak memerlukan pengobatan
- Tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi jantung atau gagal ginjal akut
- Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan:
- Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda preeklampsia berat
- Periksa ulang 2 kali seminggu
- Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
- Jika tidak terdapat tanda perbaikan tetap dirawat
- Jika terdapat tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan
- Jika proteinuria meningkat, kelola sebagai preeklampsia berat
B. Jika kehamilan > 35 minggu, pertimbangkan terminasi kehamilan
- Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin 5 IU dalam 500 ml Ringer Laktat/ Dekstrose 5% i.v 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin
- Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter Foley atau lakukan terminasi dengan seksio sesarea
PREEKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Pengelolaan kejang:
- Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
- Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir, masker oksigen, oksigen)
- Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
- Aspirasi mulut dan tenggorokan
- Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi
- Berikan O2 4 – 6 liter/menit
Pengelolaan umum
- Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik antara 90 – 100 mmHg
- Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
- Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
- Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
- Infus cairan dipertahankan 1.5 – 2 liter/24 jam
- Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
- Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
- Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan tanda adanya edema paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg i.v)
- Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati
Anti konvulsan
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan
mengatasi kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah
diazepam, dengan risiko terjadinya depresi neonatal.
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN |
Alternatif I · MgSO4 4 g i.v sebagai larutan 40% selama 5 menit. |
Dosis Pemeliharaan · MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer Asetat / Ringer Laktat yang diberikan sampai 24 jam post partum |
Alternatif II · MgSO4 4 g i.v sebagai larutan 40% selama 5 menit |
Dosis pemeliharaan · Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g i.m dengan 1 ml Lignokain (dalam semprit yang sama) · Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSO4 |
Sebelum pemberian · Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit |
Hentikan pemberian MgSO4, jika: · Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit |
Siapkan antidotum J Jika terjadi henti nafas: |
DIAZEPAM UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA |
Dosis awal · Diasepam 10 mg i.v pelan-pelan selama 2 menit |
Dosis pemeliharaan · Diasepam 40 mg dalam 500 ml larutan Ringer laktat melalui infus |
Anti hipertensi
- Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5 – 10 mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali / 24 jam
- Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg Nifedipin sublingual.
- Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan lagi Labetolol 20 mg oral.
Persalinan
- Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan pada eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul
- Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada eklampsia), lakukan seksio sesarea
- Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa :
1. Tidak terdapat koagulopati (koagulopati merupakan kontra indikasi anestesi spinal).
2. Anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum untuk eklampsia dan spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal, bila risiko anestesi terlalu tinggi.
- Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan Oksitosin 2 –5 IU dalam 500 ml Dekstrose 10 tetes / menit atau dengan cara pemberian prostaglandin / misoprostol
Perawatan post partum
- Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang terakhir
- Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg
- Lakukan pemantauan jumlah urin
Rujukan
Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, jika:
- Terdapat oliguria (< 400 ml/24 jam)
- Terdapat sindroma HELLP (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Platellets count)
- Koma berlanjut lebih dari 24 jam setelah kejang
HIPERTENSI KRONIK
- Jika pasien sebelum hamil sudah mendapatkan pengobatan dengan obat anti hipertensi dan terpantau dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut
- Jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg atau tekanan sistolik • 160 mmHg, berikan anti hipertensi
- Jika terdapat proteinuria, pikirkan superimposed preeklampsia
- Istirahat
- Lakukan pemantauan pertumbuhan dan kondisi janin
§ Jika tidak terdapat komplikasi, tunggu persalinan sampai aterm
§ Jika terdapat preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat atau gawat janin, lakukan:
- Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin 2 – 5 IU dalam 500 ml Dekstrose melalui infus 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
- Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter Foley
§ Observasi komplikasi seperti solusio plasenta atau superimposed preeklampsia.
Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007, Cetakan Tahun 2008, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar