Pages - Menu

Rabu, 01 Juni 2011

DERMATOMIKOSIS

Definisi
Dermatomikosis merupakan penyakit jamur pada kulit yang secara medis disebut juga dengan mikosis superfisialis (bagian permukaan kulit). Sedangkan dari berbagai jenis dermatomikosis yang sering mengenai manusia, dikenal dengan kelompok dermatofitosis yang di Indonesia dikenal dengan kurap / kadas. Sedangkan panu masuk dalam kategori dermatomikosis yang nondermatofitosis.

Penyebab
- Paparan terhadap jamur sering terjadi. Infeksi jauh lebih jarang.
- Faktor genetik memainkan peran dalam tingkat penularan mikosis kuku dan kaki.
- Mikosis pada hewan (misal : sapi, marmut, kucing) menyebar dengan mudah pada manusia dan menyebabkan tinea pada ekstremitas, badan dan wajah.

Gambaran klinis
- Tinea kutaneus biasanya mempunyai tepi berskuama, eritematus dan meninggi, berbentuk lingkaran (cincin) dan gatal.
- Pada panu, muncul bercak bersisik halus yang berwarna putih hingga kecokelatan bisa pada daerah mana saja di badan termasuk leher dan lengan. Biasanya menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut.
- Infeksi jamur kulit ini biasanya juga menyerang kaum wanita. Ia terjadi dalam kulit dan vagina hingga mengalami pertumbuhan setelah mengalami rangsangan, yang menyebabkan infeksi. Jamur dapat mengiritasi lebih dari satu kali. Dengan ditandai antara lain, adanya penebalan, putih, dadih seperti kotoran, peradangan, serta sakit selama buang air kecil atau sewaktu hubungan seksual.

Diagnosis
Gambaran spesifik infeksi jamur pada kulit.
Dengan cara pemeriksaan mikroskopis dari bahan kerokan kulit yang terserang.

Penatalaksanaan
- Tinea biasanya diterapi dengan obat topikal
- Griseofulvin tablet hanya efektif pada dermatofit.
- Nistatin hanya efektif pada Candida.
- Mikonazol topikal dan ketokonazol sistemik efektif untuk dermatofit dan candida.
- Durasi terapi 1 bulan dengan derivat azol.
- Dermatofitosis
§ Sistemik (diberikan bila lesi luas)
Griseofulvin micronized 500 – 1000mg sehari selama 2 – 6 minggu
§ Topikal
Kombinasi asam salisilat 3% dengan asam benzoat 6%.



Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007, Cetakan Tahun 2008, Jakarta


ENTRY TERKAIT:
Dermatitis Atopik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar